Prasangka negatif hanya akan melahirkan pikiran negatif, dan pikiran negatif hanya akan melahirkan tindakan negatif pula. Oleh karena itu pikiran kita harus ditata sedemikian rupa dengan prasangka-prasangka positif, sekaligus mengeyahkan persepsi negatif.
Mengenai pikiran, David J. Schwartz pernah mengatakan bahwa: “Anda adalah apa yang Anda pikirkan terhadap diri Anda sendiri”. Dwi Budiyanto menganalogikan pernyataan di atas bahwa: ketika seorang pelajar berpikir bodoh maka bukan tidak mungkin ia akan menjadi orang yang benar-benar bodoh. Jika kita berpikiran gagal dan tidak akan lulus bisa jadi ia akan benar-benar gagal dan tidak lulus.
Begitu pun sebaliknya, ketika seorang kita berpikir bisa dan akan lulus maka insya Allah akan benar-benar bisa dan lulus. Sekalipun pikiran belum sepenuhnya menjamin keberhasilan (kelulusan) akan tetapi pikiran akan menentukan tindakan yang seharusnya dilakukan untuk meraih sebuah keberhasilan (kelulusan).
Satria Hadi Lubis mengibaratkan pikiran seperti memori dalam komputer. Apa yang diprogram maka itulah yang akan tampak dalam “layar” (penampilan/tindakan). Begitu juga diri kita, jika yang masuk kepikiran kita adalah “virus” pikiran negatif “bahwa saya malas”, maka penampilan (perilaku) kita akan betul-betul menjadi seorang pemalas. Oleh sebab itu masukanlah “program” pikiran positif. Katakan bahwa “saya adalah seorang (mahasiswa) yang rajin dan tekun”. “Bahwa saya adalah seorang (mahasiswa) yang selalu bersemangat belajar”. “Bahwa saya adalah mahasiswa yang akan lulus ujian”. Dengan meng-in put “program” positive thinking, niscaya orang tersebut (mahasiswa) akan melakukan tindakan-tindakan positif pula. Seperti: belajar lebih giat, disiplin mengatur waktu, menjaga kestabilan emosi, menjaga kesehatan dan lain sebagainya. Sekali lagi, pikiran menentukan tindakan.
Senang nya berbagi.. 